Rabu, 30 Oktober 2013

MENDUNG…, DIARY…… (IV)

(cold)
(cloud)
(dark)
(broken ... heart)

Kurasa ada yang hilang dari jalan-jalanku
Senyap yang menjelma kucoba untuk ingkari,
aku tipu, aku munafiki!! Aku lelah melawan sakit
dalam kesendirianku melawan ombak lubuk laut hati,
kesepian kalbu.

Bagai… aku rasa sendiri diri berada dalam ruang
hitam luas tak berpintu tak bermanusia,
bahkan cicak tak ada berdecak!!!
Duduk sendiri di tengah ruang sepi tanpa penghuni.

Kosong…
diam.



Bayoe City, 13 Juni 2006


Rabu, 02 Oktober 2013

3) PINJAM TANGAN

Wak Ondok sedang menganyam kukusan, ketika Saba lima sahabat mendatanginya. Pikiran Wak Ondok tidak terpusat lagi jadinya. Ia mengaso sejenak. Wak Ondok bermaksud menggulung rokok, tetapi kehabisan daun nipahnya.

"Daun rokok habis... tembakau juga habis...." keluh Wak Ondok seraya menjulurkan kakinya yang barangkali terasa pegal.

"Beli saja, Wak!" usul si Jupri sekenanya.

"Itulah! Maunya juga begitu, tetapi... uang Wak juga habis!"

Wak Ondok menggeliat panjang. Enak sekali tampaknya. Dalam letihnya terasa seakan-akan ia masih suka bersenda gurau.

"Kalau tak punya uang, mudah Wak!" sela si Lodan sambil memutar-mutar telur di tangannya.

Wak Ondok menyangka ia akan dihadiahi telur, tetapi si Lodan bicara lagi, "Wak beli saja duit dahulu. Barulah duit yang Wak beli itu Wak belanjakan rokok. Kan mudah Wak?" katanya.

"Dasar anak brandal! Orang tua dipermainkan!" terdengar si Danu berlagak jadi ayah yang memarahi anaknya.