Selasa, 24 April 2012

Gusti Allah Ada di Sawah


Tetanggaku yang sekolah tinggi di kota sana pernah bilang bahwa aku “atheis”
Aku ndak ngerti apa artinya..,
Wong aku ndak pernah sekolah!
Makan saja susah, kok mikir sekolah!
Sekolahnya ya di sawah..!
Pelajarannya??
Ya macul*, nandur**, matun***


Aku ndak pernah shalat, apalagi mengaji
Bagimana mau shalat?!
Wong orang tuaku ndak pernah ngajarin..!!
Tapi aku percaya Gusti Allah itu Ada,
Meskipun aku ndak pernah mengucapkan saksi bahwa Dia ada.



Aku meyakini-Nya dari alam..
Dari tiap percik lumpur yang aku injak,
dari tiap jejak kerbau tercetak berkeliling,
dari tiap bulir padi yang semakin berat beban,
dari tiap-tiap pergantian musim yang memungkinkan aku dapat uang
dari palawija yang ku tanam.
(tapi musim sekarang semakin tak karuan..!! Global warming kata orang-orang..)


Aku tahu bahwa Gusti Allah itu Ada.
dan tiap kali akan pulang di senja hari, kupandang langit merah lama-lama….
Bukan untuk menikmati barisan kelelawar yang pergi menghambur di langit cari makan,
Cuma ingin ngomong sama Gusti Allah :
“Maturnuwun Gusti,
Mugi-mugi panen kula lancar tur sae”.****





 11 Desember 2009



Catatan :
*Jawa = mencangkul
**Jawa = menanam
***Jawa = menyiangi sawah
****Jawa = “terimakasih Tuhan, semoga panen hamba lancar dan bagus”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Monggo..., commenters.. matur ingkang sae ngggih??